Bandung,- Isu lingkungan selama ini dianggap kurang seksi sehingga tidak menjadi pilihan utama sebuah konten di Lembaga Penyiaran.
Hal lain adalah isu lingkungan mengandung risiko yang berat jika dikaitkan dengan tuntutan warga kepada pengambil kebijakan, hingga kasus hukum karena pengaduan dianggap kurang bukti, meski secara faktual telah jelas terjadi kerusakan.
Demikian pokok-pokok temuan hasil penelitian tentang isu lingkungan di lembaga penyiaran, yang dilakukan Hadi Muhammad Rizal, M.I.Kom dari Universitas Muhammadiyah Bandung. Acara ekspose penelitian ini berlangsung di Taman Ponyo Cinunuk Kabupaten Bandung, Selasa (5/11/2024).
Sebelumnya Ketua KPID Jabar Dr. Adiyana Slamet menyatakan ekspose hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan akses masyarakat terhadap lembaga penyiaran, dan bagaimana potret kecenderungan masyarakat terhadap pola menonton media serta respon masyarakat terhadap isi Pilkada di Bandung.
Menurut Hadi, kedepan isu-isu ini harusnya menjadi arus utama semua pihak agar isu-isu lingkungan menjadi tanggungjawab semua pihak. Diperlukan juga pola sponsorship yang mengaitkan lingkungan dapat jadi model kolaborasi.
Dengan memaksimalkan kemajuan teknologi dan kolaborasi semua pihak diharapkan isu lingkungan dapat menjadi kemasan yang menarik dalam sebuah program siaran radio dan televisi.
Sementara itu dalam diskusi Ganang Parto dari PRSSNI Jabar anggapan isu lingkungan tidak seksi, boleh jafinkarena pengetahuan redaksi masih kurang. Oleh karena itu kolaborasi dengan pemangku kepentingan perlu dilakukan, misalnya dengan Kementerian Lingkungan Hidup, LSM Lingkungan, Badan Penanggulangan Bencana. Selain itu juga perlu inovasi dan kreatifitas dalam mengemas konten lingkungan, karena masalah ini menyangkut hidup dan mati penduduk bumi.
Selain Penelitian dari UMB juga ditampilkan hasil penelitian datinUnoas, UNPAD dan Universitas Pakuan Bogor.***